Lampu teplok dan tagihan listrik musholla

 Saya mendapatkan cerita ini dari seseorang yang menurut saya inspiratif, bukan sosoknya tetapi ceritanya

Ceritanya teman saya ini dilahirkan di lingkungan yang sederhana dan religius. Sholat wajib sebisa mungkin dilakukan di musholla, ayahnya mendidiknya dengan ajaran agama yang kuat. Salah satu yang diajarkan adalah sebisa mungkin tiba di musholla sebelum imam memulai shalat jamaah, jadi sudah ada di musholla sebelum imam takbiratul ihram. 

Suatu waktu, teman saya ini shalat maghrib di musholla seperti biasanya, tetapi karena saat itu imam sudah memulai shalat teman saya ini terburu-buru masuk mushala tanpa disadari kepalanya menyundul lampu teplok, yang belum tau lampu teplok saya share di foto dibawah ini, lampu teplok ini menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakarnya. Karena jaman dulu belum ada lampu emergency, maka lampu teplok inilah yang berfungsi menjadi lampu emergency jika terjadi mati listrik. Singkat cerita, karena kepala teman saya ini menyundul lampu teplok, yang terjadi sesuai ekspektasi kita, lampu teplok jatuh, minyak tanah tumpah dan berantakan. Saat itu teman saya sangat ketakutan dan kebingungan, yang ada di pikirannya bagaimana mengganti lampu teplok ini, karena kondisi keluarganya pun hidup serba berkekurangan. 

Sejak saat itu teman saya tidak lagi shalat dimushala dengan berbagai alasan, sampai akhirnya tiba saatnya merantau. Beberapa tahun merantau, tiba saatnya teman saya kembali ke kampung halaman, dan kejadian lampu teplok pecah tersebut sudah lama terlupakan. Tetapi teman saya bertekad sebisa mungkin menggantinya. Surprisingly, teman saya shalat di mushala yang sama, mem foto Kwh meter milik mushala dan sejak saat itu teman saya diam-diam membayar tagihan rekening listrik mushala setiap bulannya, menurutnya tindakannya ini membuat hatinya tenang karena sudah memperbaiki kerusakan yang ditimbulkannya dulu. btw, teman saya meminta saya berjanji untuk tidak menceritakan hal ini kepada siapapun, tetapi saya sudah ijin untuk memposting cerita ini di blog saya karena menurut saya ini inspiratif untuk saya.

MasyaAllah begitulah Allah memberikan hikmah atas suatu kejadian, hikmah yang tidak serta merta hadir ketika sesuatu hal terjadi, tetapi bertahun tahun kemudian. Semoga Allah mudahkan langkah kita semua menuju kebaikan, mendapatkan hikmah Ramadhan, diberikan usia untuk bertemu Ramadhan tahun depan dan mendapatkan keberkahan Idul Fitri

Kudus, Ramadhan 1444 H



Apakah saya lebih beriman dari mereka?

 Dulu, awal saya pindah ke ibukota, banyak hal yang terjadi di ibukota yang menurut saya nyeleneh dan tidak sewajarnya. istilahnya culture shock ya. Contoh hal-hal yang menurut saya aneh diantaranya adalah saya melihat perempuan berjilbab tetapi merokok, atau teman saya yang postingan instagramnya religius tetapi di platform media sosial lain dia posting sedang dugem, ada juga teman saya muslim tetapi memelihara anjing.

Nah hal-hal tersebut membuat saya sibuk menghakimi, setiap postingan saya komentari dan saya sibuk membahas kelakuan orang-orang yang menurut saya nyeleneh itu dengan keluarga terdekat saya. Lambat laun saya menyadari sepertinya bukan orang-orang itu yang nyeleneh, tapi mungkin saya yang katrok ya. Saya pindah dari satu lingkungan yang budayanya berbeda kemudian pindah ke ibukota yang berisi orang-orang dengan background dan tingkah berbeda

Saat itu saya merasa bahwa saya ini lebih beriman dari mereka, saya lebih "benar" dari mereka semua. Disinilah saya belajar, bahwa apa yang tampak belum tentu apa yang terjadi. Mungkin orang-orang yang saya hakimi beribadah lebih rajin dari saya, bersedekah lebih besar dari saya, atau mereka beriman dan yakin kepada Allah lebih baik dari saya. Sementara saya sibuk menghakimi mereka dan sibuk membuang waktu mereview apa yang mereka lakukan

Tidak masalah sebenarnya menghakimi asalkan disimpan dalam hati saja dan jangan berubah sikap, karena kitapun belum tentu benar di mata orang lain. berusaha menjadi manusia lebih baik setiap harinya, itu saja cukup