Ordinary day
Bersama tapi tetap sepi
Bukan saya tidak bersyukur
Saya bukannya tidak bersyukur, tapi pekerjaan ini sudah menggerogoti kewarasan saya. Ya, saya sakit hati atas pembiaran orang-orang yang tidak capable untuk tetap bekerja, di dalam job description saya tidak dijelaskan mengenai kewajiban saya harus berurusan dengan orang orang-orang yang tidak capable
Segala hal yang tidak efisien itu impact kepada pemborosan, dan yang paling menyebalkan adalah kita harus memperbaiki kerusakan2 yang ditimbulkan oleh orang2 ini. Gak, saya gak bisa terus menerus positive thinking mengenai ini, terus menerus harus memaafkan, berlapang dada. Apa? karena menjadi leader artinya harus menjadi pelayan? servant leader? saya sadar sekali being leader is being a servant, tetapi yang kita layani ini paham tidak yang mereka butuhkan? diberikan yang dibutuhkan kok tidak paham cara menggunakannya? jadi saya harus terus sabar saja?
Lebaran tidak lagi menarik
Hari ini umat muslim di Indonesia merayakan Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah, sejak menikah saya selalu merayakan idul fitri di rumah mertua. Dulu hari lebaran selalu exciting untuk saya, karena akan ada moment saya bertemu dan berkumpul dengan keluarga saya maupun keluarga suami, dan menurut saya berkumpul dengan keluarga adalah salah satu cara kita collecting emotional saving
Bapak saya meninggal tahun 2012, saat itu boleh dikatakan lebaran mulai menurun kadar exciting saya, apalagi ketika ibu meninggal 2019, hilanglah sudah semangat saya merayakan lebaran. Kalau memungkinkan untuk saya bekerja di hari lebaran, saya akan lebih pilih bekerja di hari itu sampai kelelahan dan tertidur
Bukan saya tidak ikhlas menerima kepergian orang tua, tetapi entah bagaimana, lebaran tidak lagi menarik untuk saya. Sepi dan hampa
Tahun kemarin ada kejadian yang kurang mengenakkan terjadi kepada saya dengan keluarga suami, sudah lah saya sudah kurang tertarik untuk merayakan lebaran, ditambah lagi dengan kejadian tersebut, asli mati rasa sudah. Hari ini pun saya lalui dengan datar, ya saya berkumpul dengan keluarga suami, tetapi tidak ada lagi kehangatan yang saya rasakan, saya hanya ingin momen berkumpul ini segera berlalu
Coba tanyakan kepada teman2 mu yang sudah ditinggal pergi orang tuanya, apakah lebaran masih menarik untuk mereka?
Akhirnya saya gunakan sisa waktu hari ini untuk olahraga dan bekerja, terima kasih diriku sudah mampu menahan diri melewati hari lebaran ini, puk puk diri sendiri. kamu hebat!
I'm the man
Di Indonesia masih menjadi common practice bahwa perempuan hidupnya akan lebih baik jika menemukan pasangan hidup yang baik, bahwa pernikahan dipercaya sebagai cara untuk meningkatkan derajat
Pendapat tersebut tidak sepenuhnya salah tapi tidak sepenuhnya benar juga, menurut saya kita semua, laki-laki maupun perempuan seharusnya berupaya menjadi versi terbaik dirinya agar menjadi seseorang pribadi yang dewasa dan utuh untuk pasangannya. Sebagaimana ajaran islam, bahwa kita diajarkan untuk mencari pasangan yang sekufu, apa arti sekufu? sekufu artinya sepadan, sesuai dan seimbang, agar dalam hubungan pernikahan menjadi sakinah mawaddah warahmah, karena semuanya berawal dari sekufu
contoh gampangnya, saya bukan penghafal alquran, jika saya menginginkan untuk menikah dengan penghafal al quran setidak nya saya harus mulai belajar secara serius mengenai hafalan Alquran, dan mungkin setelah menikah saya harus siap dengan konsekuensi waktunya akan tersita banyak untuk menghafal dan menjaga hafalan Alquran
Untuk saya, lebih mudahnya sih, kita berusaha sebaik2nya menjadi versi terbaik, percaya saja Allah akan mengirimkan pasangan dalam versi terbaiknya untuk kita
Jika dulu ibu saya memberi nasihat, jadilah perempuan terampil agar nantinya bisa menikah dengan laki-laki terpelajar, cerdas dan kaya, maka sebaliknya saya berusaha menjadi terpelajar, cerdas dan (cukup) kaya. so i'm the man ibuk
Tentang ibu
Jika kamu diberi kesempatan bertemu dengan ibumu yang saat ini seumuran dengan kamu apa yang akan kamu sampaikan?
Aah dapat pertanyaan seperti ini jleb sekali ya, jadi langsung mikir panjang dan dalam, menerawang mengingat semuanya. Ibu saya meninggal tahun 2019, ibu saya melalui masa2 motherhood nya penuh perjuangan, dan salah satu penyesalan saya adalah saya merasa belum cukup membahagiakan ibu saya
Jadi ini yang mau saya sampaikan padamu ibu
Ibu, ibu adalah ibu luar biasa, ibu hanya lulusan SMP tapi ibu bisa membesarkan 7 anak dan menjadikan anak2 ibu menjadi orang-orang yang kuat, tidak gampang mengeluh, tidak menye-menye dan tetap baik kepada orang orang yang sudah menyakiti
Ada satu ucapan ibu yang membekas di hatiku, jadilah orang pintar yang dibayar karena kemampuan otaknya bukan ototnya, karena orang yang dibayar kemampuan otaknya akan dapat bayaran lebih tinggi dari orang yang dibayar karena kemampuan ototnya
Ibu, kalau ibu kecewa dengan bapak jangan dipendam, sampaikan perasaanmu karena laki-laki itu tidak peka bu, bapak tidak tahu ibu marah kecuali ibu tidak mau shalat berjamaah, barulah bapak tahu kalau ibu sedang marah
Ibu, kalau keluargamu menyakitimu menangislah, berbagi duka dengan kami anakmu, karena banyak cerita kecewamu yang kami baru tahu setelah engkau berpulang dan ini meninggalkan penyesalan yang dalam karena kami tahu disakiti orang-orang terdekat itu sangat menyakitkan
Ibu, terima kasih untuk semuanya, untuk keyakinannya bahwa kami semua bisa berhasil mandiri tidak bergantung pada orang lain dan untuk semua doamu yang mulai terjawab
Tangerang, 26 Dec 2023
Tanda tanda menua
Mendito
2 minggu yang lalu terjadi hal yang cukup membuat hidup saya berhenti sesaat, No saya tidak sedang sekarat, tetapi masalah itu membuat saya memikirkan kembali keberadaan saya di dunia ini. Masalahnya cukup pelik, menguras waktu dan energi setiap orang yang terlibat di dalamnya dan masalah ini melibatkan banyak sekali orang di dalamnya.
Dalam kondisi emosi, seringkali kita kehilangan kontrol terhadap apapun yang akan kita lakukan, kita cenderung mengikuti ego hanya agar pihak yang berseberangan dengan kita mengakui kebenaran versi kita, tetapi jarang sekali kita berpikir apakah tindakan yang kita lakukan menyakiti diri sendiri bahkan menyakiti manusia lain. Dalam kondisi emosi, mudah sekali kita terbutakan oleh situasi, dari kondisi kita terdzolimi menjadi mendzolimi, Naudzubillahi min dzalik
Sedikit yang kita tahu bahwa emosi akan membakar amalan kita seperti api yang membakar kertas, hanya sekejap kemudian hilang dan habis tidak bersisa, akhirnya bekal akhirat kita, tabungan amal kita kembali kosong
Dalam kondisi emosi, usahakan sebisa mungkin untuk diam, tidak berucap apapun, tidak bertindak apapun dan dekatkanlah diri kepada Allah. Karena tidak semua hal mampu kita selesaikan, tidak semua hal mampu kita jelaskan, tindakan ini yang dalam istilah jawa disebut Mendito. Mendito itu intinya kita memisahkan diri dari riuhnya dunia, menarik diri untuk dapat memahami diri sendiri lebih dalam dan ini sangat membantu kita memahami esensi permasalahan yang kita alami. Dengan mendito kita punya waktu untuk mencerna apa yang sesungguhnya terjadi pada akhirnya kita akan menemukan akar permasalahannya.
Karena pada akhirnya hidup itu sementara, kita tidak bisa mengontrol segala hal di luar diri kita. pilihannya kita bereaksi dan mau dimanipulasi hal yang mendatangi kita termasuk masalah atau kita mau menarik diri sebentar dan menyelami pikiran kita sendiri, menimbang2 tindakan kita lebih banyak manfaatnya atau mudharatnya, simpelnya seperti melihat diri sendiri tapi dari kacamata orang lain, karena kita kita emosional kita itu menyatukan diri dengan perasaan marah, ketika kita mengambil jeda, kita melihat lagi apa yang membuat kita marah, menalar lagi perasaan marah dan itu sangat membantu
Saya mencoba mempraktekan ini dan menurut saya, ini menenangkan hati saya, semua masalah tidak langsung selesai tentunya, tapi saya punya kelapangan hati untuk menerima yang terjadi. Setidaknya ketika kita mampu memahami diri kita, kita mampu mengendalikan diri dalam melewati permasalahan hidup kita
Tangerang, Syawal 1444 H